Selasa, 07 Juni 2016

MAKALAH PENELITIAN BAHASA TINDAK TUTUR DIREKTIF



TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT KARTA MIHARDJA


Disusun dalam rangka memenuhi tugas Kapita Selekta Bahasa Indonesia
Diampu oleh Khusnul Khotimah M.Pd.


 
Oleh :
LUTFI ZAHROTUL UYUN
1513500131




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA  INDONESIA  DAN  DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERISTAS PANCASAKTI TEGAL


2016
 






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, konvensional, dinamis dan produktif yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial ( Hermaji, 2015 : 1). Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai penggunanya. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang jika digunakan oleh masyarakat. Sebaliknya, bahasa akan punah jika tidak digunakan oleh masyarakat. Pada sisi lain, masyarakat pun tidak akan mampu beraktivitas tanpa bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagai pengalaman, saling belajar dan meningkatkan intelektual. Di dalam komunikasi dapat di asumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturnya dan berharap mitra tutur dapat memahami apa yang hendak di komunikasikan. Dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan semua yang ada dalam pikiran karena dengan berpikir secara otomatis manusia menuturkan suatu bahasa di dalam pikirannya. Hal tersebut dapat dilihat pada seorang sastrawan, karena ia dapat mengekspresikan perasaannya dengan menggunakan bahasa yang berupa percakapan atau tuturan.
Pada dasarnya, tindak tutur yang dihasilkan bergantung pada tujuan atau arah tuturan untuk mencapai tujuan, tindak tutur yang dihasilkan harus sesuai dengan situasi tuturan. Situasi dapat memengaruhi tercapainya tujuan tuturan. Istilah tindak tutur atau tindak ujar pertama kali dimunculkan oleh Austin di dalam tulisannya “How to Do Thing With Works”, pengujaran kalimat dalam hal tertentu dapat dianggap sebagai pelaksanaan tindakan atau perbuatan. Dalam arti bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan tindakan. Black dalam Hermaji ( 2015 : 25 ) menyatakan bahwa teori tindak tutur merupakan penjelasan tentang kondisi keterpahaman yaitu kebermaknaan tindak tutur dalam komunitas dan prosedur yang harus dilakukan dalam pemahaman.
Tindak tutur adalah tindakan yang dihasilkan dari sebuah tuturan atau ujaran. Seorang penutur mengucapkan suatu tuturan kepada  mitra tutur sehingga mitra tutur bertindak atau berbuat berdasarkan maksud tuturan tersebut. Tindak tutur merupakan satuan komunikasi linguistik yang bersifat sentral dalam bidang kajian pragmatik. Pragmatik erat sekali hubungannya dengan tindak tutur atau tindak ujar. Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khususnya dalam situasi, terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan aneka konteks sosial performasi bahasa memengaruhi tafsiran atau interpretasi.
Seorang sastrawan dapat mengekspresikan perasaan melalui suatu tuturan atau percakapan yang dituangkan dalam karyanya seperti novel. Novel “Atheis” adalah novel karya Achdiat Karta Mihardja tahun 1949 yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Di dalam novel “Atheis” terdapat tindak tutur direktif yang dilakukan oleh para tokoh. Oleh karena itu, apabila dibaca dan dipahami secara cermat, dalam novel “Atheis” banyak terdapat hal-hal menarik terutama pada bahasa percakapan para tokoh.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memilih judul penelitian “Tindak tutur direktif dalam novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardjauntuk mengetahui jenis-jenis dan fungsi tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian adalah:
a.      Jenis tindak tutur direktif apa yang ada dalam novel “Atheis”?
b.     Apa fungsi tindak tutur yang terdapat dalam novel “Atheis” ?
c.      Bagaimana analisi tindak tutur direktif yang ada dalam novel “Atheis” ?


1.3  Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :
a.      Untuk mengetahui jenis-jenis tindak tutur direktif dalam novel “Atheis”
b.     Untuk mengetahui fungsi tindak tutur direktif dalam novel “Atheis”
c.      Untuk menganalisi tindak tutur direktif yang ada dalam novel “Atheis”

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a)     Memperoleh penjelasan mengenai tindak tutur dalam bahasa Indonesia
b)     Memperkenalkan atau menyebarluaskan dan mengembangkan ilmu pragmatik
c)     Untuk menambah khasanah ilmu bahasa terutama pada bidang kajian pragmatik












BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006 :3).
Pada dasarnya, pragmatik adalah cabang linguistik yang mengkaji keterkaitan makna bahasa dengan konteks penggunanya. Konteks dalam kajian pargmatik memiliki peranan yang sangat sentral. Peranan konteks dalam kajian pragmatik adalah untuk membatasi penafsiran. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara konsep yang merupakan tanda atau simbol dan pengguna tanda tersebut ( penutur dan lawan tutur ).
Parera dalam Hermaji ( 2015:12 ) berpendapat bahwa pragmatik adalah studi hubungan antara ujaran dan penggunaannya. Kajian pragmatik lebih merujuk pada kemampuan menggunakan bahasa di dalam komunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Pragmatik mengarah pada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam tindak komunikatif dan memperhatikan prinsip pengguna bahasa secara tepat, sebagai sebuah ilmu, pragmatik membahas tentang deiksis, implikatur, praanggapan, struktur wacana dan tindak tutur.
2.2 Tindak Tutur
Tindak tutur atau tindak ujar ( speech act ) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Istilah tindak tutur tidak hanya merujuk pada aktivitas berbicara saja tetapi menunjuk pada keseluruhan situasi dalam proses komunikasi. Situasi dalam proses komunikasi merupakan konteks ujaran yang meliputi segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran atau tuturan.
Menurut Suwito dalam Hermaji ( 2015:26 ) tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat didalam kondisi tertentu yang merupakan kesatuan terkecil dalam komunikasi. Tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. Serangkaian tindak tutur tersebut akan membentuk peristiwa tutur (speech event). Tindak tutur pada dasarnya merupakan tindakan yang dinyatakan melalui tuturan atau  ujaran. Dengan demikian tuturan yang mengimplikasikan tindakan tertentu dapat diidentifikasikan sebagai tindak tutur.
2.3 Jenis-jenis Tindak Tutur
Searle dalam Hermaji (2015:33-37) membedakan tindak tutur atas lima macam yaitu: (1) representatif atau asertif; (2) direktif atau impositif; (3) ekspresif atau evaluatif; (4) komisif; dan (5) deklarasi (isbati). Tindak tutur representatif (asertif) adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya pada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Yang termasuk tindak tutur representatif adalah tindak tutur melaporkan, mengatakan, dan menyebutkan.
Tindak tutur yang kedua adalah tindak tutur  direktif (impositif). Tindak tutur  tersebut adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan seperti  yang dituturkan. Perwujudan pragmatiknya bermakna menyuruh, meminta, mendesak, melarang, mengajak, memelas, menyarankan, memperingatkan dan berharap.
Tindak tutur yang ketiga adalah tindak tutur ekspresif (evaluatif). Tindak tutur ini dilakukan dengan maksud untuk menilai tentang hal-hal yang disebutkan didalam tuturan perwujudan pragmatiknya memiliki makna marah, kaget, pasrah, gembira, jijik, benci, mengakui, mengucapkan selamat dan mengasihani.
Tindak tutur yang keempat adalah tindak tutur komisif. tindak tutur ini adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan. Makna tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengekspresikan janji, tawaran, atau pernyataan.
Tindak tutur yang terakhir adalah tindak tutur deklarasi (isbati). Tindak tutur ini dilakukan penutur untuk menciptakan hal atau suatu (status,keadaan) yang baru. Tindak tutur ini berfungsi untuk mengubah status atau keadaan.
2.4 Tindak tutur direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang berfungsi mendorong penanggap tutur (penutur) melakukan sesuatu. Direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan mitra tutur. Direktif dapat mengekspresikan maksud penutur sehingga ujaran atau sikap dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Perwujudan pragmatik tindak tutur direktif bermakna menyuruh, meminta, mendesak, melarang, mengajak, memelas, menyarankan, memperingatkan dan berharap.
       Menurut Ibrahim dalam Hermaji (2015:35) membedakan tindak tutur direktif atas enam macam, yaitu: (1) tindak tutur requestives, yaitu tindak tutur yang digunakan untuk meminta, memohon, menekan dan mengajak; (2) tindak tutur question, yaitu tindak tutur yang digunakan untuk bertanya dan menginterogasi; (3) tindak tutur requirement, yaitu tindak tutur yang digunakan untuk untuk memerintah, mendikte, dan mengatur; (4) tindak tutur probobitives yaitu yang digunakan untuk melarang dan membatasi; (5) tindak tutur permissives, untuk mengizinkan; dan (6) tindak tutur advisories, untuk menasehati, memperingatkan dan menyarankan.




BAB III
HASIL PENELITIAN
            Sesuai dengan masalah dan tujuan, penelitian ini meliputi jenis tindak tutur, fungsi tindak tutur dan analis tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel “Atheis” karya Achdiat Karta Mihardja. Hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut:
A.  Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Atheis
Jenis tindak tutur direktif yang peneliti temukan dalam novel “Atheis” meliputi tindak tutur direktif menyuruh, meminta, mendesak, melarang, mengajak, dan menyarankan.
1)     Tindak tutur direktif menyuruh
Tindak tutur direktif menyuruh adalah tindak tutur yang dilakukan penutur agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi tuturan menyuruh. Berikut merupakan tindak tutur direktif menyuruh.
Tuturan 1        : “Datanglah nanti sore, kalau Saudara sempat.” (A:28)
Tuturan 2        : “Makanlah duluan, nak,” (A:45)
Tuturan 3        : “Cobalah, Tin, main piano sebentar. Saudara Hasan belum pernah mendengar kau main.” (A:95)
Tuturan 4        : “Biarlah saja (suaranya setengah berbisik). Teruskan saja saudara bicara. Sangat senang saya mendengarkan.” (A:206)
2)     Tindak Tutur Direktif Meminta
Tindak tutur direktif meminta adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan didalam tuturan yang berisi permintaan. Berikut  merupakan tindak tutur direktif meminta.
Tuturan 5        : “Ayah, bolehkah saya turut pula memeluk ilmu yang Ayah dan Ibu anuti?” (A:19).
3)     Tindak Tutur Direktif Melarang
Tindak tutur direktif melarang adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan yang bermakna larangan. Hal ini dapat dilihat dari analisis tuturan berikut ini.
Tuturan 6 : “sudah cukup matang untuk mempunyai pendirian sendiri dalam soal-soal hidup. Ayah tidak boleh memaksa-maksa lagi kepada saya dalam hal pendirian saya. Juga dalam pendirian saya terhadap agama.” (A:168)
4)     Tindak Tutur Direktif Mengajak
Tindak tutur direktif mengajak adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan didalam tuturan yang bermakna mengajak. Tuturan tersebut merupakan tuturan yang dilakukan untuk meminta supaya turut atau membangkitkan hati melakukan sesuatu. Hal ini dapat dilihat dari analisis tuturan berikut.
Tuturan 7 : “marilah kita minum-minum dulu, supaya kita bisa bercakap-cakap dengan lebih tenang.” (A:214)
5)     Tindak Tutur Direktif Menyarankan
Tindak tutur direktif menyarankan adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi saran atau anjuran. Hal ini dapat dilihat dari analisis tuturan berikut.
Tuturan 8 : “ya, Tin, umur manusia singkat, tapi kemanusiaan lama, begitulah katanya lupakanlah segala kesedihanmu itu dengan lebih giat lagi bekerja. Bekerja untuk kemanusiaan.” (A:5)
6)     Tindak Tutur Direktif Memerintah
Tindak tutur direktif memerintah adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi perintah. Hal ini dapat dilihat dari analisis tuturan berikut ini.
Tuturan 9        : “coba keluarkan dulu rokoknya, Bung! “ (A:108)
Tuturan 10      : “ Ya!, lekas buka pintu!” (A:88)
Tuturan 11      : “Tolong ambilkan air panas, Tin!” (A:100)
Tuturan 12      : “Ah, jangan sebut Tuan, dong! Bung saja! Bung Anwar!Begitu namaku! Ya!” (A:140)
Tuturan 13      : “pergilah!” (A:184)
Tuturan 14      : “masuk terus!” (A:228)
7)     Tindak Tutur Direktif Mendesak
Tindak tutur direktif mendesak adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi desakan, menyuruh mitra tutur agar melakukan sesuatu segera. Hal ini dapat dilihat dari tuturan berikut.
Tuturan 15 : “kebon Manggu, Bang! Lekas! (A:224)

B.  Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Novel Atheis
1.   Tindak tutur direktif menyuruh
Tindak tutur direktif ini berfungsi sebagai suruhan yang ditujukan kepada mitra tutur sehingga mitra tutur bertindak sesuai dengan perintah yang disampaikan oleh penutur.
2.   Tindak Tutur Direktif Meminta
Tuturan yang digunakan mempunyai fungsi untuk mengutarakan suatu permintaan yang ditujukan untuk mitra tutur sehingga mitra tutur melakukan hal sesuai dengan permintaan yang disampaikan oleh penutur.
3.   Tindak Tutur Direktif Melarang
Tindak tutur direktif ini berfungsi untuk melarang suatu yang ditujukan kepada mitra tutur agar mitra tutur tidak melakukan hal yang disampaikan oleh penutur melalui tuturan yang bersifat larangan.
4.   Tindak Tutur Direktif Mengajak
Tindak tutur direktif ini berfungsi sebagai ajakan bagi mitra tutur untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh penutur dengan tuturan yang bersifat mengajak.
5.   Tindak Tutur Direktif Menyarankan
Tindak tutur direktif ini berfungsi sebagai saran atau anjuran yang ditujukan kepada mitra tutur agar mitra tutur mengikuti saran atau anjuran yang disampaikan oleh penutur.
6.   Tindak Tutur Direktif Memerintah
Tindak tutur ini berfungsi sebagai perintah yang ditujukan kepada mitra tutur agar mitra tutur melakukan hal yang disampaikan oleh penutur melalui tuturan yang bersifat perintah.
7.   Tindak Tutur Direktif Mendesak
Tindak tutur ini berfungsi sebagai desakan untuk mitra tutur agar mitra tutur melakukan tindakan yang disampaikan penutur dengan cepat atau segera.

C.  Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Atheis
1.   Tindak tutur direktif menyuruh
Tuturan 1 : “Datanglah nanti sore, kalau Saudara sempat.” (A:28)
Tuturan “Datanglah nanti sore,” dituturkan oleh Rusli kepada Hasan dengan maksud menyuruh Hasan datang ke rumah Rusli.
Tuturan 2 : “Makanlah duluan, nak,” (A:45)
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bibi kepada Hasan dengan maksud menyuruh Hasan untuk makan malam terlebih dahulu karena Bibi akan sembahyang.
Tuturan 3 : “Cobalah, Tin, main piano sebentar. Saudara Hasan belum pernah mendengar kau main.” (A:95)
Tuturan tersebut dituturkan Rusli kepada Kartini dengan maksud menyuruh Kartini memainkan piano.
Tuturan 4 : “Biarlah saja (suaranya setengah berbisik). Teruskan saja saudara bicara. Sangat senang saya mendengarkan.” (A:206)
Tuturan “Teruskan saja saudara bicara.” Dituturkan ‘Aku’ (penulis) kepada Hasan dengan maksud menyuruh Hasan tetap meneruskan kisahnya.
2.   Tindak Tutur Direktif Meminta
Tuturan 5 : “Ayah, bolehkah saya turut pula memeluk ilmu yang Ayah dan Ibu anuti?” (A:19).
Tuturan tersebut dituturkan Hasan kepada Ayahnya dengan maksud meminta kepada ayahnya agar ia memeluk ilmu yang dianut ayah dan ibunya.
3.   Tindak Tutur Direktif Melarang
Tuturan 6 : “sudah cukup matang untuk mempunyai pendirian sendiri dalam soal-soal hidup. Ayah tidak boleh memaksa-maksa lagi kepada saya dalam hal pendirian saya. Juga dalam pendirian saya terhadap agama.” (A:168)
Tuturan “ayah tidak boleh memaksa-maksa lagi kepada saya dalam hal pendirian saya” dituturkan Hasan kepada ayahnya dengan maksud melarang ayahnya menasihati Hasan dalam hal pendiriannya.
4.   Tindak Tutur Direktif Mengajak
Tuturan 7 : “marilah kita minum-minum dulu, supaya kita bisa bercakap-cakap dengan lebih tenang.” (A:214)
Tuturan “marilah kita minum-minum dulu”, dituturkan oleh Anwar kepada Kartini dengan maksud untuk mengajak Kartini masuk ke restoran. Kutipan tersebut merupakan tindak tutur direktif mengajak karena tuturan tersebut berisi ajakan yang dilakukan Anwar untuk masuk ke restoran dan minum-minum bersama Kartini.
5.   Tindak Tutur Direktif Menyarankan
Tuturan 8 : “ya, Tin, umur manusia singkat, tapi kemanusiaan lama, begitulah katanya lupakanlah segala kesedihanmu itu dengan lebih giat lagi bekerja. Bekerja untuk kemanusiaan.” (A:5)
Tuturan “lupakanlah segala kesedihanmu itu dengan lebih giat lagi bekerja” dituturkan oleh Rusli kepada Kartini dengan maksud menyarankan Kartini melupakan kesedihannya dengan giat bekerja kutipan tersebut merupakan tindak tutur direktif menyarankan karena tuturan tersebut berisi saran yang ditujukan untuk Kartini.
6.   Tindak Tutur Direktif Memerintah
Tuturan 9 : “coba keluarkan dulu rokoknya, Bung! “ (A:108)
Tuturan tersebut dituturkan Anwar kepada Rusli dengan maksud menyuruh Rusli mengeluarkan rokoknya. Kutipan tersebut berisi perintah untuk Rusli.
Tuturan 10 : “ Ya!, lekas buka pintu!” (A:88)
Tuturan tersebut dituturkan Kartini kepada Mimi dengan maksud menyuruh Mimi membuka pintunya. Kutipan tersebut berisi perintah dan termasuk dalam tindak tutur memerintah.
Tuturan 11 : “Tolong ambilkan air panas, Tin!” (A:100)
Tuturan tersebut dituturkan Rusli kepada Kartini dengan maksud menyuruh Kartini mengambil air panas untuk mengobati Hasan. Kutipan tersebut merupakan tindak tutur direktif memerintahkan karena tuturan tersebut berisi sebuah perintah yang diajukan untuk Kartini.
Tuturan 12 : “Ah, jangan sebut Tuan, dong! Bung saja! Bung Anwar!Begitu namaku! Ya!” (A:140)
Tuturan tersebut dituturkan Anwar kepada kusir yang sedang bersamanya dengan maksud menyuruh pak kusir memanggilnya dengan panggilan Bung bukan Tuan seperti yang diucapkan. Kutipan tersebut merupakan tindak tutur direktif memerintah karena tuturan tersebut berisi perintah yang ditujukan kepada kusir.
Tuturan 13 : “pergilah!” (A:184)
Tuturan tersebut dituturkan Hasan kepada Mimi dengan maksud menyuruh Mimi pergi dari hadapannya. Kutipan tersebut termasuk tindak tutur memerintah karena tuturan tersebut berisi perintah untuk Mimi.
Tuturan 14 : “masuk terus!” (A:228)
Tuturan tersebut dituturkan Amin kepada Hasan dengan maksud menyuruh Hasan masuk ke lubang saat sudah berada dalam perlindungan. Kutipan tersebut termasuk tindak tutur memerintah karena tuturan tersebut berisi perintah.
7.   Tindak Tutur Direktif Mendesak
Tuturan 15 : “kebon Manggu, Bang! Lekas! (A:224)
Tuturan tersebut dituturkan Kartini kepada kusir dengan maksud menyuruh kusir agar cepat dalam mengendarai delmannya. Kutipan tesebut merupakan tindak tutur direktif mendesak karena berisi suatu desakan kepada kusir untuk segera mengendarai delmannya.














BAB IV
PENUTUP
1.   Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian tindak tutur direktif dalam novel “Atheis” karya Achdiat Karta Mihardja, dapat disimpulkan jenis tindak tutur direktif dan fungsi tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel “Atheis” karya Achdiat Karta Mihardja terdiri atas tujuh jenis dan fungsi tindak tutur direktif, yaitu tuturan menyuruh yang berfungsi untuk menyuruh mitra tutur, tuturan meminta yang berfungsi untuk mengutarakan suatu permintaan, tuturan melarang yang berfungsi sebagai larangan untuk mitra tutur, tuturan mengajak yang berfungsi sebagai ajakan untuk mitra tutur, tuturan menyarankan yang berfungsi sebagai saran atau anjuran untuk mitra tutur, tuturan memerintah yang berfungsi sebagai perintah untuk mitra tutur dan tuturan mendesak yang berfungsi sebagai desakan untuk mitra tutur.

2.   Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melakukan penelitian ini hanya ditinjau dari segi bahasa, khususnya dalam kajian pargmatik. Peneliti menyarankan agar peneliti lain dapat melakukan penelitian khususnya segi bahasa menggunakan kajian ilmu lain agar semakin berkembang penelitian-penelitian yang dilakukan dan berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi peneliti bahasa ataupun sastra khususnya dalam menganalisis novel.





DAFTAR PUSTAKA

Bayu. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Wacana. http://bayu-bajoelz.blogspot. co.id/2012/05 /tindak-tutur-direktif-dalam-wacana. html. Diunduh22 Mei2016
Hermaji, Bowo. 2015. Teori Pragmatik. Semarang: Tunas Puitika
Mihardja, Achdiat K. 2006. Atheis. Jakarta: Balai Pustaka
Sundiawan,awan.2013.RingkasanNovelAtheis.https://awan965.wordpress.com/2013/08/30/ringkasan-novel-atheis/. diunduh25Mei2016
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2 komentar: